Rabu, 23 Maret 2016

Hanya Telur yang “Berdiri”


Sebagai buda’ Pontianak yang telah hidup 27 tahun lamanya, rasa ingin menyaksikan fenomena kulminasi pun muncul. Selama 27 tahun, belum pernah sekalipun saya menyaksikan itu. Padahal wisatawan dari luar kota bahkan luar negeri saja rela datang ke kota ini. Akhirnya saya pun hadir pada puncak kulminasi yang tepatnya pada 23 Maret 2016.

Pukul 11 siang, hari itu langit Pontianak tampak mendung. Tak seperti hari-hari sebelumnya yang sangat menyengat. Karena niat sudah ada, dan semangat sudah membludak (Alamak!), saya tetap berangkat ke Tugu Khatulistiwa bersama rombongan yang jumlahnya sekitar 2 orang (itu sudah termasuk saya). Hmmmm..

Pukul 11.25 saya sampai ke TKP (Tempat Kulminasi Pontianak) <- Pemaksaan Kata. Hari masih tetap mendung. Rekan saya dari Kompas TV Pontianak, Bagus Suhanda, yang sedang liputan disana mengatakan sepertinya kita tidak akan dapat melihat peristiwa langka ini karena cuaca tidak mendukung.

Akhirnya detik-detik kulminasi pun tiba. Dan benar, hari yang semakin mendung menyebabkan selebrasi kulminasi batal dilakukan. Huhh!! Pengunjung sedikit demi sedikit meninggalkan tribun dan sibuk berfoto dengan latar belakang Tugu Khatulistiwa.

Saya pun meninggalkan titik tengah bumi itu melangkah menuju ke Monumen Tugu Khatulistiwa. (Ngadem sih ceritenye..) Semakin dekat dengan Tugu, kenapa orang-orang kembali berkumpul di titik nol derajat tersebut. Ternyata oh ternyata, walaupun mereka tidak bisa menyaksikan hilangnya bayangan mereka, mereka masih bisa menyaksikan satu keunikan lainnya, yaitu mendirikan telur disaat waktu kulminasi tersebut. Saya pun bergegas kesana dan ingin mencoba.

Ternyata susah juga ya mencari titik yang tepat untuk membuat telur itu berdiri. Ada beberapa orang yang berhasil melakukannya. Namun saya gagal. Huhuhu.. Hanya momen telur berdiri yang bisa saya abadikan di hari itu.

Kesimpulan yang bisa saya ambil dari kejadian ini adalah, walaupun hari mendung yang menyebabkan merasakan fenomena manusia tanpa bayangan gagal dilaksanakan, fenomena telur dapat berdiri tegak di titik nol derajat bumi masih bisa disaksikan.

Itu menyimpulkan bahwa si telur pantang menyerah dan tetap tegak dengan keadaan atau lingkungan yang tidak mendukung. Kita bisa belajar dari si telur bahwa jika kita tidak didukung dengan lingkungan yang baik, bukan halangan untuk tetap berdiri tegak, semangat dengan membuktikan bahwa kita bisa menjadi yang terbaik diantara “mendungnya” lingkungan sekitar. Masih galau karena bayangan mantan gak hilang gara-gara mendung? Masa’ situ kalah ama telur? Huehuehue…. :D


Catatan Penting:Adegan ini hanya dilakukan oleh telur ayam profesional. Jangan mencoba dengan telur lainnya seperti telur bebek, telur puyuh, apalagi telur Anda (eh, maksudnya selain telur ayam yang anda beli dari warung) sebelum ada anjuran dari pedagang telur terdekat di kota anda.

Artikel Terkait Sebelumnya: Tak Semua Bayangan Akan Sirna di Khatulistiwa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About Us

Recent